TERBARU
Menu Tumpeng Klasik
mulai RP 900rb / 20 Porsi
Ayam Goreng, Sambal Goreng Ati, Empal Suwir, Perkedel, Mie Goreng, Urap, Dadar Telur
#DIRUMAHAJA
DISKON
10%
10%
NASI TUMPENG KHAS
minimum 20 porsi dan berlaku untuk pengiriman menggunakan Taxi / Online
Nasi Kentjana sejak 2010 sudah melayani area Jakarta dan Bekasi dengan penyajian Nasi Tumpeng yang lengkap dan enak untuk dinikmati. Nasi Tumpeng bisa digunakan untuk berbagai perayaan dan juga bisa dijadikan sebagai hadiah seperti hadiah ulang tahun atau untuk acara seperti pengajian, arisan atau peresmian. Kami selalu memberikan pelanggan kami pelayanan terbaik serta harga nasi tumpeng terhemat.
Anda bisa memilih dari beberapa jenis menu serta harga Nasi Tumpeng dengan memilih dari menu di bawah ini
Daftar Harga Paket Nasi Tumpeng dari Nasi Kentjana
NASI TUMPENG MURAH
Nasi Kuning, Ayam Goreng, Orek Tempe, Mie Goreng, Urap dan Serundeng, Dadar Telur, Kentang Balado Serut
(Foto belum terupdate dan tidak menggambarkan menu ini)
Klik tombol Whatsapp di layar Anda untuk Order
Porsi | Harga |
---|---|
20 Porsi | Rp 550,000 |
30 Porsi | Rp 780,000 |
40 Porsi | RP 980,000 |
50 Porsi | Rp 1,150,000 |
NASI BERKAH (TUMPENG PIPIH / GEPENG)
Nasi Kuning , Mie Goreng, Ayam Goreng, Perkedel Kentang, Urap sayur, Empal Suwir, Telur Dadar
Klik tombol Whatsapp di layar Anda untuk Order
Porsi | Harga |
---|---|
5 Porsi | Rp 190,000 |
10 Porsi | Rp 350,000 |
20 Porsi | Rp 690,000 |
30 Porsi | Rp 950,000 |
40 Porsi | RP 1,200,000 |
50 Porsi | Rp 1,500,000 |
NASI TUMPENG PINCUK
Nasi Kuning/ Nasi Gurih, Ayam Suwir Pedas, Urap khas Kentjana, Balado Kentang Kering, Bakwan Jagung, Udang Goreng Tepung, Mie Goreng, Dadar Telur, Rempeyek
Klik tombol Whatsapp di layar Anda untuk Order
Porsi | Harga |
---|---|
5 Porsi | Rp 190,000 |
10 Porsi | Rp 350,000 |
20 Porsi | Rp 690,000 |
30 Porsi | Rp 950,000 |
40 Porsi | RP 1,200,000 |
50 Porsi | Rp 1,500,000 |
Layanan Katering untuk diambil & diantar

Menu Nasi Kotak
Nasi Kotak lengkap dengan lauk, kerupuk, pisang dan air mineral gelas

Menu Tumpeng & Kue
Nasi Tumpeng ukuran normal serta mini, dan Kue Tampah

Menu Nasi Bungkus Daun
Nasi khas Indonesia dari berbagai daerah dalam bungkus daun pisang
Tumpeng adalah cara menyajikan nasi beserta lauk-pauknya yang dibentuk kerucut; karena menggunakan nasi maka akhirnya disebut ‘nasi tumpeng’. Olahan nasi yang dipakai umumnya nasi kuning, namun bisa juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi keturunan Jawa dan biasanya dibuat pada saat perayaan penting. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia mengenal kegiatan ini secara umum, seperti acara pengajian, ulang tahun, peresmian, pencapaian target ataupun perayaan lainnya
Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah bundar tradisional dari anyaman bambu) dan dialasi daun pisang
Masyarakat di pulau Jawa, Bali dan Madura memiliki kebiasaan membuat tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu peristiwa penting,seperti perayaan kelahiran atau ulang tahun serta berbagai acara syukuran lainnya. Meskipun demikian kini hampir seluruh rakyat Indonesia mengenal tumpeng. Falsafah tumpeng berkait erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa, yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang). Setelah masyarakat Jawa menganut dan dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi.
Meskipun tradisi tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa, tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng disajikan dengan sebelumnya digelar pengajian Al Quran. Menurut tradisi Islam Jawa, “Tumpeng” merupakan akronim dalam bahasa Jawa : yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu unit makanan lagi namanya “Buceng”, dibuat dari ketan; akronim dari: yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh) Sedangkan lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka 7 bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan). Tiga kalimat akronim itu, berasal dari sebuah doa dalam surah al Isra’ ayat 80: “Ya Tuhan, masukanlah aku dengan sebenar-benarnya masuk dan keluarkanlah aku dengan sebenar-benarnya keluar serta jadikanlah dari-Mu kekuasaan bagiku yang memberikan pertolongan”. Menurut beberapa ahli tafsir, doa ini dibaca Nabi Muhammad SAW waktu akan hijrah keluar dari kota Mekah menuju kota Madinah. Maka bila seseorang berhajatan dengan menyajikan Tumpeng, maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Yang Maha Pencipta agar kita dapat memperoleh kebaikan dan terhindar dari keburukan, serta memperoleh kemuliaan yang memberikan pertolongan. Dan itu semua akan kita dapatkan bila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh.[butuh rujukan]
Tumpeng merupakan bagian penting dalam perayaan kenduri tradisional. Perayaan atau kenduri adalah wujud rasa syukur dan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas melimpahnya hasil panen dan berkah lainnya. Karena memiliki nilai rasa syukur dan perayaan, hingga kini tumpeng sering kali berfungsi menjadi kue ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun.
Dalam kenduri, syukuran, atau slametan, setelah pembacaan doa, tradisi tak tertulis menganjurkan pucuk tumpeng dipotong dan diberikan kepada orang yang paling penting, paling terhormat, paling dimuliakan, atau yang paling dituakan di antara orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut. Kemudian semua orang yang hadir diundang untuk bersama-sama menikmati tumpeng tersebut. Dengan tumpeng masyarakat menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan sekaligus merayakan kebersamaan dan kerukunan.[1]
Acara yang melibatkan nasi tumpeng disebut secara awam sebagai ‘tumpengan’. Di Yogyakarta misalnya, berkembang tradisi ‘tumpengan’ pada malam sebelum tanggal 17 Agustus, Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, untuk mendoakan keselamatan negara.
dirangkum dari WIKIPEDIA